Dongeng Tentang Atun (Awal Mula)


Bayi itu dilahirkan dengan tubuh cukup besar, berat 4,2 kg. Kala itu ada dua bayi lain yang lahir hampir bersamaan di sebuah klinik.
Nah ketika bayi kami disandingkan, sang perawat langsung bilang. “Inilah, rajanya.” Kebetulan juga memang dua bayi lain memang lebih kecil.
Bayi kami kemudian diberi nama Aghnia Syakira yang berarti kira-kira harta yang patut disyukuri. Rara, panggilannya, lahir pada tanggal yang unik: yakni 8  Agustus 2006 atau sama dengan 8-8-8 (2+0+0+6=8).
Rara bayi yang sehat dan lucu. Dalam perkembangan ia tidak cadel. Sampai suatu hari ada tetangga baru yang memiliki anak seusia Rara namun ngomongnya cadel. Karena tak punya banyak teman seusia, Rara pun bergaul dengan Ajar, si anak cadel tadi.
Selanjutnya bukan si bocah cadel yang menjadi normal karena bergaul dengan Rara. Sebaliknya, Rara lah yang jadi ikut-ikutan cadel.
Ada beberapa kemungkinan mengapa hal itu terjadi. Pertama, pasti tak gampang mengubah anak cadel menjadi tak cadel. Butuh waktu yang lama karena itu terkait dengan lidah dan daya pikir si anak itu sendiri.
Kedua, kebetulan, meski lelaki, Ajar lebih cerewet dibanding Rara. Ia sering mampir ke rumah dengan memanggil-manggil “Yaya (Rara)…Yaya…main yuk.” Dalam berkomunikasi Ajar pun sering menyebut aku sebagai Atun.
Penyebutan Atun itulah yang sering ditiru oleh Rara. Hingga Ajar akhirnya pindah rumah empat bulan kemudian, Rara lebih enjoy menyebutnya Atun dibanding nama aslinya.
Pernah dikasih tahu bahwa nama Atun sering dipersonifikasikan dengan sosok Suti Sukarno, Adik Rano Karno dalam sinetron si Doel Anak Sekolahan. Tapi penjelasan itu percuma karena ia tak memahaminya.
Hingga beberapa bulan sebelum hari ulang tahunnya ke lima, Rara masih lebih suka dipanggil Atun. Bahkan kini ia punya nama panjang yakni Atun Surotun Golagotun Markotun.

Leave a comment