Ponari dan Reinkarnasi Bunari *


Ponari dan cara mengobatinya yang bikin heboh. Bahkan sampai reuter mengambil gambarnya seperti ini. (google.com)

Bunari bukanlah seorang dokter. Ia hanya seorang mantri kesehatan. Namun, orang-orang desa memanggilnya sebagai pak dokter. Bunari tak mempermasalahkan itu, baginya kesembuhan pasiennya adalah yang utama.

Pernah suatu hari koleganya dari Jakarta, Bono, terkejut dengan kedatangan orang-orang desa ke rumah Bunari di pelosok Gunung Penanggungan, Jawa Timur. Orang-orang itu mencari pak dokter yang tak lain adalah Bunari sendiri. “Nggak usah didengerlah. Mereka orang-orang polos. Mereka toh tidak tahu apa bedanya dokter atau mantri,” kata Bunari.

Sang kolega selanjutnya mengangguk-angguk mengerti. Terutama setelah melihat bagaimana Bunari menghadapi pasien-pasiennya. Sang mantri kesehatan tersebut tak membedakan satu pasien dengan yang lain. Ia juga tak memasang tarif. Pasien yang kebetulan tak punya uang tak ia permasalahkan.

Sebaliknya, kapan pun mendapat panggilan dari pasien sakit, Bunari akan mendatanginya. Bono bahkan sempat mengikuti Bunari masuk ke pelosok desa yang jaraknya sekitar 10 kilometer dari rumahnya.

Kepopularan nama Bunari telah menembus batas desa, bahkan kecamatan. Di rumah seorang warga yang miskin, Bunari mengobati pasiennya dengan ramah dan sabar.

Esok harinya keluarga pasien kembali datang. Kali ini tidak dengan tangan kosong. Ia membawa setandan pisang, sejumlah butir kelapa, salak, dan jagung. Oleh-oleh itu diberikan kepada Bunari, katanya, sabagai ucapan terimakasih karena telah menyembuhkan saudaranya yang sakit.

Begitulah Bunari. Namanya kian harum. Begitu ada orang sakit maka nama Bunari adalah jaminannya. Tak semua pasien bisa disembuhkannya memang. Pihak keluarga pasien tak pernah menyalahkan Bunari. Kedatangan dan senyum Bunari adalah yang utama bagi mereka.

Sayang sosok Bunari seperti itu hanya terjadi 20 tahun lalu. Kini ia tak ketahuan rimbanya. “Saya sendiri tak tahu dimana beliau berada. Terakhir ia sudah menceraikan istri pertama dan ikut istri mudanya, tapi entah dimana?,”kata Bono yang kembali menceritakan kisah Bunari kepada para mahasiswanya.

Tetangganya bilang, Bunari pernah muncul lagi di desanya. Tapi kondisinya sudah sakit-sakitan. Setelah itu pergi dan tak pernah muncul lagi. “Kasihan pak dokter. Banyak warga kehilangan dia. Hidupnya malah seperti sia- sia.,” kata tetangga tersebut seperti dikutip Bono.

Meski banyak dipuja pasiennya, Bunari adalah manusia biasa. Suatu hari ia terpikat seorang gadis desa yang konon pernah merantau di Jakarta. Gadis tersebut berpenampilan lebih menarik dan berani dibanding gadis desa yang dikenal Bunari. Lama kelamaan ia pun tergoda.

Namun seperti kata pepatah, sepandai-pandainya ia menyimpan bau busuk akhirnya ketahuan juga.

Suatu hari ia didatangi dua orang lelaki yang mengaku wartawan. Lelaki tua tersebut menanyakan soal perselingkuan kepadanya. Bunari terkejut bukan kepalang. Ia pun bertekuk lutut saat wartawan tersebut menodong minta uang jutaan rupiah sebagai harga tak memberitakan peselingkuhannya.

Tapi setelah diberi uang, beberapa bulan kemudian wartawan tersebut datang lagi dan meminta dana serupa. “Mereka disebut wartawan bodrex om. Bukan wartawan seungguhnya, tapi pemeras. Laporkan saja ke polisi,” kata keponakan Bunari yang seorang wartawan di Surabaya.

Tawaran melaporkan ke polisi tentu bukan solusi bagi Bunari. Perselingkuhan tersebut benar-benar telah membuat benar-benar tak berdaya. Hingga suatu hari istri dan anaknya mengetahui itu, dan mereka semua jadi membencinya. Sejak itu Bunari menjadi linglung. Ia tak lagi bisa maksimal mengobati pasien-pasiennya.

Sejak Bunari menghilang warga tak punya penggantinya. Puluhan mantri kesehatan baru dan dokter lulusan universitas terkenal sekali pun tak bisa menggantikan posisinya. Warga kemudian lari ke dukun dan paranormal. Ternyata mereka sama saja: komersial. Tak sedikit dukun yang malah mencabuli pasiennya.

Padalah kondisi ekonomi warga kian miskin meski telah beberapa kali ganti presiden. Jangankan untuk berobat, untuk makan sehari-hari saja, banyak diantara mereka mesti terpaksa berpuasa. Ganti lurah, bupati, gubernur, hingga presiden sama sekali tak mengubah kemiskinan mereka. Warga menjadi putus asa.

“Tapi mereka tetap percaya suatu hari akan datang sesosok orang yang akan menolong mereka. Sosok seperti Bunari. Gusti Alloh ora sare..” kata Bono. Para mahasiswanya tampak terpukau dengan uraian dosennya yang satu ini, yang selalu up to date…

Sampai suatu hari warga mendengar cerita tentang dukun cilik sakti bernama Ponari, asal Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang. Tanpa diperintah, mereka ikut berbondong ke Jombang seperti warga dari pelosok lainnya. Mereka percaya Ponari adalah sosok yang sengaja diturunkan Tuhan untuk menolong mereka.

“Mereka menganggap Ponari sebagai reinkarnasi Bunari,” kata Bono.

*Cerpen dibuat Pebruari 2009, saat heboh berita Ponari yang fenomenal. Juga menjadi salah satu karya cerpen di buku ini.